Didalam persembahyangan agama Hindu, salah satu sarana yang penting adalah air. Yang biasa digunakan untuk membersihkan tangan sebelum persembahyangan dimulai serta menjadi air suci yang disebut dengan Tirtha. Kata “Tirtha” berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti kesucian atau setitik air, air suci, bersuci dengan air.
Tirtha berfungsi untuk membersihkan diri dari kotoran maupun kecemaran pikiran. Yang mana dalam penerapan pemakaianna yaitu dipercikan dikepala, diminum dan diusapkan dimuka. Itu sebagai simbolis pembersih bayu,sabda dan idep.
Macam-Macam Tirtha
Dalam melakukan persembahyangan Tirtha terbagi menjadi dua jenis yaitu Tirtha Pembersih dan Tirtha Wangsuhpada. Tirtha Pembersih berfungsi untuk menyucikan upakara(bebanten) yang dipakai sarana persembahan dan juga dipakai untuk menyucikan diri dari segala kekotoran. Biasanya Tirtha Pembersihan dipergunakan sebelum inti persembahyangan dilakukan. Setelah upakara dan diri sendiri diperciki tirtha pembersihan baru dilangsukan persembahyangan.
Sedangkan Tirta Wangsuhpada merupakan lambang karunia / wara nugraha Ida Bhatara kepada umat yang memuja berupa Amrta (kehidupan yang sejahtera). Biasanya Tirtha Wangsuhpada dipergunakan ketika persembahyangan selesai. Jadi fungsi tirtha dalam persembahyangan adalah sebagai pembuka dan penutup persembahyangan.
Tirtha juga dapat dibedakan dari cara memperolehnya yaitu sebagai berikut :
1. Tirtha yang dibuat oleh Sulinggih
Pembuatan Tirtha oleh Sulinggih/ Sang Diksita / Sang Dwijati khususnya untuk tirtha pembersihan, sebagai dasar untuk penggunaan jenis tirtha yang lainnya. Tirtha yang didapat dengan membuat hanya boleh dibuat oleh Sulinggih atau Pendeta (Dwijati). Selain Tirtha pembersihan, juga ada Tirtha Pengelukatan yang mana juga sebagai pokok pada setiap upacara.
2. Tirtha yang didapat melalui memohon (nuur) oleh Pemangku, Pinandita atau Sang Yajamana (penyelenggara upacara).
Jenis Tirtha ini disebut Tirtha Wangsuhpada, kekuluh atau banyun cokor. Biasanya terdapat di suatu pura atau tempat suci. Permohonan tirtha wangsuhpada, kekuluh atau banyun cokor dilaksanakan oleh pemangku yang bersangkutan.
Tirtha yang dimohon di pura oleh pemangku yang bersangkutan seperti tirtha pembersihan atau penglukatan bebanten upakara dan umat yang akan bersembahyang berfungsi untuk pembersih atau penyucian. Dan sebagai simbolis / sarana untuk mendorong umat untuk menyucikan diri dengan mengheningkan rohaninya untuk dapat lebih mudah mendekatkan dirinya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Jika ditinjau dari Fungsinya Tirtha dapat dibedakan sebagai berikut:
Dapat disimpulkan sesungguhnya Tirtha adalah benda materi yang sakral, yang mampu menumbuhkan perasaan dan pikiran yang suci. Jadi Tirtha bukanlah air biasa semata. Dan untuk membuktikan kesucian tirtha harus dilandaskan pada Kepercayaan. Karena tirtha adalah sarana agama. Dalam membuktikan kebenaran agama dasar utamanya adalah kepercayaan. Jadi tanpa dilandaskan kepercayaan semeton tidak akan mampu membuktikan bahwa tirtha bukanlah air biasa. Jadi kita harus dapat mengayakini diri kita bahwa didalam Tirtha terdapat kekuatan spiritual dari para Dewa sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semeton. Jika terdapat penjelasan yang kurang tepat atau kurang lengkap. Mohon dikoreksi bersama. Suksma…
(sumber : Buku Arti dan Fungsi Sarana Persembahyangan)