Tradisi “Ngelawang” merupakan tradisi turun-temurun yang diwariskan masyarakat Bali. Tradisi lahir dari konsep kemenangan dharma melawan adharma, yang mana dalam keyakinan masyarakat Hindu Bali, kehadiran abrong sebagai simbol dharma ke segala penjuru desa akan memberikan vibrasi positif kepada seluruh masyarakat, sehingga masyarakat merasakan kenyamanan dan ketentraman. Vibrasi ini juga diharapkan mampu mengalahkan vibrasi yang disebarkan oleh kekuatan – kekuatan jahat yang akan mempengaruhi sifat manusia dalam kehidupannya sehari – hari.Tradisi ngelawang biasanya dilakukan di saat Hari Raya Galungan sampai dengan Hari Pegatwakan, kurang lebih dalam durasi 25 hari, sebagai upaya menyebarkan vibrasi positif ke seluruh penjuru desa dan kepada seluruh lapisan masyarakat.
Seiring perkembangan teknologi informasi dan globalisasi, tradisi ngelawang mulai mengalami penurunan. Banyak Sekaa Barong yang dulunya ngelawang kini tidak lagi ngelawang mengingat dari segi perhitungan kepayahan dengan hasilnya tidak seimbang. Padahal dalam filosofinya, ngelawang adalah upaya memperbanyak aliran energi positif sebagai upaya mengurangi dampak negatif perkembangan hidup di saat ini.
Di Desa Pakraman Guliang Kangin terdapat 2 Sekaa Barong yang biasanya ngelawang. Namun saat ini yang melakukan ngelawang hanya oleh anak-anak muda setara SMP. Sedangkan orang tua sudah jarang yang melakukannya.
Pihak Desa Pakraman berharap agar kedepannya tradisi ini tetap dilestarikan agar jangan sampai punah. Sehingga anak – cucu kita nanti dapat mengetahui bagaimana suasana ngelawang.