You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa adat Guliang Kangin
Desa Adat Guliang Kangin

Kec. Bangli, Kab. Bangli, Provinsi Bali

Pujawali Ageng/Nyatur Pura Penataran Agung Dalem Dimade, Desa Adat Guliang Kangin, ring Anggara Kliwon Prangbakat, 31 Oktober 2023. Rangkaian Pujawali Nyatur, Pura Penataran Agung Dalem Dimade, Guliang Kangin : Ida Bhatara Masucian, 30 Oktober 2023, Ida Bhatara Masineb, Jumat 3 Nopember 2023 Selamat Datang, selamat berkunjung di Website Desa Adat Guliang Kangin. Media Informasi dan Komunikasi Aktifitas Desa Adat Guliang Kangin

Upacara, Etika dan Filosofi Tumpek Wariga

Administrator 06 Desember 2017 Dibaca 1.959 Kali
Upacara, Etika dan Filosofi Tumpek Wariga

Avir vai nama devata,
rtena-aste parivrta,
tasya rupena-ime vrksah,
harita haritasrajah.
(Atharvaveda X.8.31).

Artinya: Warna hijau pada daun tumbuh-tumbuhan karena mengandung klorofil di dalamnya. Zat khlorofil itu menyelamatkan hidup. Hal itu ditetapkan oleh Rta yang ada dalam tumbuh-tumbuhan. Karena adanya zat itu tumbuh-tumbuhan menjadi amat berguna sebagai bahan makanan dan obat-obatan.

Hari ini, Sabtu Kliwon Wuku Wariga(04/08) merupakan hari Tumpek Wariga/Tumpek Pengatag/Tumpek Bubuh yang selalu dirayakan selama peradaban Umat Hindu di Bali. Ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atas anugerah berupa berbagai tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan berbagai jenis makanan baik untuk manusia maupun makhluk lainnya.

Dipandang dari aspek upacara, hari raya yang diperingati umat Hindu setiap 210 hari sekali ini sebagai bentuk pemujaan pada Sanghyang Sangkara sebagai dewa yang berstana atau memberikan kehidupan pada seluruh tanaman/tumbuh-tumbuhan.

Dari Sisi Etika, umat Hindu pada hari ini tidak diperbolehkan menebang pohon. Umat pun pada Tumpek Wariga tidak mau memetik buah, bunga, dan daun. Justru mereka diharapkan menanam pohon. Artinya, secara etika, umat Hindu ingin menyerasikan dirinya dengan alam, baik melalui upacara maupun tindakan nyata.

Makna filosofis Tumpek Wariga sebagai bentuk pemujaan kepada Sangyang Sangkara yang merupakan manifestasi dari Tuhan sesungguhnya bermakna bagaimana memelihara alam melalui tumbuh-tumbuhan sehingga kebutuhan oksigen dari seluruh makhluk hidup bisa terpenuhi.

Tumbuh-tumbuhan yang dinikmati oleh umat manusia memiliki arti yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Karena itu, harus ada timbal balik yang harus diberikan terhadap tumbuh-tumbuhan itu. Bentuknya, bisa saja dalam wujud upacara atau ritual sebagaimana yang dilakukan pada saat hari Tumpek Bubuh/Tumpek Wariga/Tumpek Pengatag ini. (sumber : paduarsana dot com).

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image