“Menjadikan Bale Banjar sebagai pusat aktivitas seluruh warga, merupakan hal strategis yang harus dilakukan untuk menangkal dampak negatif penggunaan internet dan berkembang pesatnya pemanfaat media sosial di seluruh penjuru dunia”. Hal tersebut disampaikan Bendesa Desa Adat Guliang Kangin, Ngakan Putu Suarsana, SH (48) pada acara tatap muka dengan Sekaa Teruna Eka Budhi Dharma Desa Adat Guliang Kangin, Sabtu (14/3-2015) di Balai Desa Adat Guliang Kangin.
Perkembangan penggunaan internet dan media sosial semakin hari semakin pesat. Disamping memiliki manfaat yang sangat besar bagi peradaban umat manusia, diyakini juga akan membawa dampak negatif bagi sebagian warga yang belum paham akan seluk beluk dunia maya tersebut. Ini dibuktikan banyak kasus terjadi akibat kesalahan orang dalam memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut. Salah satu contohnya adalah membuat status di FB atau Twiter yang akhirnya memicu ketersinggungan, penghinaan bahkan sampai kepada pertumpahan darah, hanya karena sebuah status di media sosial. Dampak negatif lain yang sangat menakutkan adalah munculnya sikap apatis kalangan penggemar media sosial dengan lingkungannya. Keasyikan mereka dengan dunianya sendiri seolah melupakan bahwa mereka memiliki kerabat dan saudara di sekelilingnya. Jika hal ini tidak segera ditanggulangi, maka sikap individualistik kalangan pengguna media sosial akan semakin tinggi. Dan jika ini terjadi, maka rasa persaudaraan yang diwariskan oleh leluhur kita seperti, paras-paros sarpanaya, salunglung sebayantaka, akan semakin terkikis dan akhirnya punah.
Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan sebuah terobosan dengan membuat sebuah tempat/ruang sosial yang memberi rasa nyaman kepada seluruh warga, dan akan sangat tepat bila diwujudkan dalam bentuk Balai Banjar. Dengan balai banjar yang representatif, nyaman dan lengkap akan menarik minat generasi muda untuk berkumpul bersama temannya, bercerita, berdiskusi tentang desa, sambil berolahraga ringan.
Desa Adat Guliang Kangin sedang merancang pembangunan balai banjar yang lengkap dan represntatif, yang oleh Tim Perencana (anak – anak muda STT) diawali dengan merancang master plan untuk penataan seluruh luas lahan yang menjadi tempat bale banjar. Dari hasil perencanaan lengkap dengan disain 3D, gambar teknik, diperkirakan menelan anggaran 1,5 Milyar.
Ke depan bale banjar ini diproyeksikan sebagai tempat masuknya pengunjung Desa Wisata Guliang Kangin, sebelum mereka memasuki Stage Subak Guliang atau Wisata Spiritual Pancoran Solas. Di bale banjar ini juga akan dijadikan tempat pertunjukan kesenian tradisional barong, janger, dan legong, sebagai paket wisata yang ditawarkan oleh pengelola desa wisata.
Selaku pemimpin di Desa Adat Guliang Kangin, bendesa berharap nantinya seluruh aktivitas generasi muda dipusatkan di Bale Banjar, mulai dari Rapat, Latihan Tabuh/Tari, Lomba-lomba, Pelatihan, Kursus, Pasraman dan kegiatan ngaben masal juga akan dipusatkan di Bale Banjar.
Dengan kondisi ini, diharapkan bale banjar menjadi benteng pemersatu warga untuk tetap melestarikan warisan leluhur tentang adat istiadat dan etika pergaulan, mengasah rasa persaudaraan, sehingga mampu mewujudkan desa adat yang GULIANG (Geliat, Usaha, Lestari, Indah, Aman, Nirmala dan Gemah-ripah). Astungkara. (****)