Pada Tahun Caka 1573, di Kerajaan Swecapura-Gelgel terjadi sebuah pemberontakan yang dipimpin oleh Mahapatih Kyai Agung Maruti untuk menggulingkan pemerintahan Raja Bali ke-8 Dinasti Sri Aji Kresna Kepakisan yang bergelar Dalem Dimade.
Atas anugrah Hyang Widhi, Raja Dalem Dimade berhasil meloloskan diri bersama pengikut setianya. Dalam perjalanan menuju arah barat laut, setelah melewati Tukad Bubuh, sampailah baginda raja di Desa Tambangwilah, yang merupakan wilayah Kerajaan Tamanbali.
Berada dalam pengungsian bersama putra-putranya yang masih kecil, membuat perasaan beliau sangat resah, selalu termenung, dari hari-kehari kesehatan beliau semakin menurun. Atas nasehat Bagawanta Istana, raja disarankan untuk membuat Puri (keraton) dan Merajan untuk memohon berkah dari Hyang Widhi dan leluhur.
Setelah raja tinggal di Keraton Tambangwilah, dan pemerajan selesai dibangun, maka kesehatan raja semakin hari semakin membaik. Muka beliau semakin berseri-seri, perasaan beliau selalu senang dan nyaman, beliau sudah merasakan ketenangan sebagaimana tinggal di Keraton Gelgel. Karena beliau merasa senang, tenang dan nyaman, maka beliau KESENGGUH LIANG, dan dalam sebuah sidang, beliau mengganti nama Desa Tambangwilah menjadi Desa Kesengguh Liang, lama-kelamaan disebut Desa Guhliang.
Salah satu penyebab raja mendapatkan anugrah kesehatan dan ketenangan kembali adalah setelah beliau mandi di sebuah mata air di aliran Tukad Melangit. Dan dalam sidang itu juga, baginda raja memerintahkan kepada seluruh pengikutnya untuk menata, melestarikan dan memuliakan mata air tersebut menjadi sebelas buah pancoran dan diberi nama Pancoran Solas. Jumlah sebelas merupakan angka tertinggi atau utama dan diyakini memiliki keistimewaan, seperti meru atau bade tumpang sebelas.
Pancoran Solas mengandung makna Eka-Dasa Aksara. Satu pancuran ada di bagian atas, untuk keperluan tirtha upacara melambangkan aksara Ongkara. Sedangkan sepuluh pancuran di bawah, digunakan sebagai tempat malukat, melambangkan dasa aksara, yaitu sa, ba, ta, a, i, na, ma, si, wa, ya. Sebagaimana kita ketahui dasa aksara merupakan sepuluh huruf suci lambang prabhawa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bersthana di segala penjuru mata angin, dilindungi oleh Dewata Nawa Sanga beserta saktinya untuk menjaga keseimbangan alam semesta beserta isinya. Malukat di Pancoran Solas akan menyelaraskan dasa aksara yang ada di tubuh dengan dasa aksara yang ada di alam semesta. Keselarasan dan sinergi dasa aksara ini akan memengaruhi kesehatan seseorang.
Dalam sidang ini raja juga meminta kepada Bagawanta Istana untuk menggelar upacara pemelaspas, rsi gana dan ngenteg linggih di Keraton, Pemerajan dan Pancoran Solas, agar suasana nyaman, tenang dan sejahtera selalu ada di Desa Guliang.
Dasa Aksara terdiri atas sa, ba, ta, a, i, na, ma, si, wa, ya, merupakan sepuluh huruf suci lambang prabhawa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bersthana di segala penjuru mata angin, dilindungi oleh Dewata Nawa Sanga beserta saktinya, untuk menjaga keseimbangan alam semesta beserta isinya.
Masing-masing dari aksara ini mempunyai sthana (tempat, kedudukan) baik di dalam badan manusia (bhuana alit, mikrokosmos), maupun di alam raya (buana agung, makrokosmos).
Dasa Aksara berfungsi sebagai penghubung setiap penjuru alam sebagai sumber energi vital alam semesta yang disebut Prana. Prana adalah lautan energi alam semesta yang terhubung terpusat disetiap penjuru alam semesta (macrocosmos) dan terhubung di setiap organ-organ penting mahluk hidup (microcosmos). Energi ini harus tetap seimbang dan harmonis. Energi ini sebagai penentu kehidupan semua mahluk dan yang menentukan hidup matinya kehidupan di muka bumi ini. Kekacauan atau ketidak harmonisan energi ini menyebabkan hancurnya cosmic dan ketidakharmonisan energi ini dalam tubuh menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Jadi dasa aksara sangat berperan penting untuk terpeliharanya kehidupan yang sehat secara fisik, emosi, mental dan spiritual.
Pada sthana tiap aksara ini bersemayam pula para Dewa, atau Batara, lengkap dengan lambang warna, senjata dan simbol perwujudannya.
1. Aksara Sang, pada bhuana alit terletak di papusuhan jantung (hrdaya) sedangkan pada bhuana agung bersthana di arah Timur (Purwa), Dewanya Hyang Iswara, berwarna putih.
2. Aksara Bang, pada bhuana alit terletak diati atau hati (yakrta) sedangkan pada bhuana agung bersthana di arah selatan (Daksina), Dewanya Hyang Brahma, berwarna merah.
3. Aksara Tang di bhuana alit berada di ungsilan atau di buah pinggang, di bhuana agung bersthana di barat (pascima), dengan Sang Hyang Mahadewa sebagai dewanya, dan lambangnya berwarna kuning.
4. Aksara Ang di bhuana alit berada di Ampru empedu (tikta), di bhuana agung bersthana di sebelah utara (uttara) dengan Sang Hyang Wisnu sebagai dewanya, berwarna hitam.
5. Aksara Ing di bhuana alit terletak di tengahin ati atau pertengahan hati (yakrt), di bhuana agung bersthana di tengah (madya) dengan dewanya Sang Hyang Siwa, berwarna nila.
6. Aksara Nang di bhuana alit terletak pada peparu atau Paru (puphusa), pada bhuana agung bersthana di Tenggara (agneya) dengan dewanya Sang Hyang Maheswara, berwarna Dadu.
7. Aksara Mang di bhuana alit terletak pada Limpa (pliha), pada bhuana agung bersthana di Barat Daya (neriti) dengan dewanya Sang Hyang Rudra, berwarna Jingga.
8. Aksara Sing di bhuana alit terletak pada Limpa (pliha), di bhuana agung bersthana di Barat laut (wayabya) dengan dewanya Sang Hyang Sangkara, berwarna hijau.
9. Aksara Wang di bhuana alit terletak pada ineban Kerongkongan (maharsrota), di bhuana agung bersthana di Timur laut (ersania) dengan dewanya Sang Hyang Sambu, berwarna Biru.
10. Aksara Yang di bhuana alit terletak pada Susunan rangkaian hati (yakrthrdaya), di bhuana agung bersthana di Tengah (madya) dengan Dewanhnya Sang Hyang guru, berwarna Panca Warna
Dasa aksara terbentuk dari dua jenis aksara suci, yaitu panca tirta dan panca brahma.
Yang disebut panca tirta, aksara dan fungsinya adalah:
1. sang sebagai tirta sanjiwani, untuk pangelukatan (membersihkan).
2. Bang sebagai tirta kamandalu, untuk pangeleburan (menghancurkan).
3. Tang merupakan tirta kundalini, utuk pemunah (menghilangkan).
4. Ang merupakan tirta mahatirta, untuk kasidian (agar sakti).
5. Ing merupakan tirta pawitra, untuk pangesengan (membakar).
Yang dikatakan panca brahma, berada dalam diri manusia. Ini aksaranya :
1) Nang disimpan di suara berfungsi sebagai benih suara.
2) Mang disimpan di tenaga berfungsi sebagai kekuatan.
3) Sing disimpan di hati/perasaan berfungsi sebagai perasa dalam diri atau hati nurani.
4) Wang disimpan di pikiran berfungsi sebagai alat berpikir.
5) Yang disimpan di nafas berfungsi sebagai penghirup udara.
Dasa Aksara juga sering disebut sebagai kunci penghubung diri kita dengan kekuatan alam dewata. Dalam doa mantra sering Panca aksara digabungkan dengan Panca Brahma Wijaksara dan ditambah “OM”, sehingga berbunyi dan berfungsi :
a. OM = Untuk menyebutkan Ida Sang Hyang Tunggal
b. SA = Sanghyang Sadyojata, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam bagian Timur yang disebut pula sebagai Dewa Iswara.
c. BA = Sanghyang Bamadewa, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam bagian Selatan yang disebut pula sebagai Dewa Brahma.
d. TA = Sanghyang Tat Purusa, manifestasi Tuhan menjaga alam bagian Barat. Disebut juga Dewa Mahadewa.
e. A = Sanghyang Aghora, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam bagian Utara, yang disebut pula Dewa Wisnu.
f. I = Sanghyang Isana, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Tengah-Tengah. Yang disebut pula Dewa Siwa.
g. NA= Sanghyang Mahesora, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Tenggara.
h. MA = Sanghyang Rudra, manisfestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Barat Daya.
i. SI = Sanghyang Sangkara, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Timur Laut.
j. WA = Sanghyang Sambhu, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Timur Laut.
k. YA = Sanghyang Ciwa, manifestasi Tuhan yang berfungsi menjaga alam di Tengah-tengah. ( dari berbagai sumber ).